Sabtu, 09 Juni 2012

Peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri menjelang proklamasi


Peristiwa-peristiwa yang Terjadi Baik di Dalam Maupun Luar Negeri Menjelang Proklamasi

1.     Kaitan Tersiarnya Berita Kekalahan Jepang dan Kegiatan Para Pejuang di Jakarta.
Sampai akhir tahun 1944 kedudukan Jepang dalam Perang Asia Pasifik sudah sangat terdesak. Di beberapa tempat tentara Jepang menderita kekalahan dari pasukan Sekutu. Keadaan menjadi lebih parah lagi setelah pasukan Sekutu di bawah komando Amerika Serikat berhasil melakukan pengeboman terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Akibat pengeboman itu, Jepang mengalami kehancuran total. Oleh karena itu, Jepang terpaksa menyerah pada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Kekalahan dari Sekutu belum diumumkan secara resmi dan masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun, sebagian pemimpin Indonesia terutama para pemimpin pemuda sudah mendengar melalui siaran radio luar negeri. Mendengar berita itu, mereka sangat gembira dan lebih bersemangat lagi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah mengetahui bahwa Jepang menyerah pada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Dalam pertemuan itu, Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang. Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan itu perlu dibicarakan dahulu dalam rapat PPKI. Alasannya, badan inilah yang bertugas mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda berpendapat bahwa menyatakan kemerdekaan melalui PPKI tentu akan dicap oleh sekutu hanyalah pemberian Jepang. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang. Bung Karno berpendapat lain bahwa soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari Pemerintah Jepang atau hasil perjuangan Bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal karena Jepang sudah kalah perang.
Masalah yang lebih penting adalah menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Atas dasar itulah Bung Karno menolak usul para pemuda. Dengan demikian, usaha pertama yang dilakukan oleh para pemuda dengan juru bicara Sutan Syahrir untuk membujuk Ir.Soekarno mengalami kegagalan.
Para pemuda karena belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur dengan dipimpin oleh Chairul Saleh. Keputusan rapat mengajukan tuntutan yang radikal dari golongan pemuda. Tuntutan tersebut antara lain menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada bangsa lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu perundingan dengan Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta agar turut menyatakan proklamasi.
Hasil keputusan rapat para pemuda di Lembaga Bakteriologi disampaikan kepada Bung Karno pada hari itu juga oleh Darwis dan Wikana. Para pemuda menghendaki agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda berusaha memaksa Bung Karno sehingga membuatnya marah. Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI lainnya. Suasana tegang antara pemuda yang diwakili Darwis dan Wikana dengan Bung Karno yang juga disaksikan oleh tokoh nasionalis golongan tua, seperti Drs.Moh.Hatta, Mr.Iwa Kusumasumantri, dan Mr.Ahmad Subarjo. Para tokoh nasionalis golongan tua tersebut menghendaki rapat PPKI terlebih dahulu, sedangkan golongan pemuda bersikeras menyatakan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945 lepas dari PPKI. Karena perbedaan pendapat tersebut, para pemuda akhirnya melakukan pengamanan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok, Kabupaten Karawang (Jabar).
2.     Peristiwa Rengasdengklok
Usaha para pemuda yang diwakili oleh Darwis dan Wikana gagal
untuk mendesak Bung Karno agar melaksanakan proklamasi lepas dari rencana Jepang. Soekarno-Hatta masih ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat PPKI yang telah ditentukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun para pemuda tidak mau menyerah dan terus mendesak Bung Karno. Pada tanggal 15 Agustus 1945 malam hari sampai menjelang dini hari tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda mengadakan rapat lagi di Asrama Baperpi, di Jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, Dr.Muwardi, Syudanco Singgih, Chairil Saleh dan para pemuda yang sebelumnya hadir dalam rapat di Lembaga Mikrobiologi. Rapat itu memutuskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta harus dibawa keluar dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang. Tugas itu dilaksanakan oleh Syudanco Singgih. Pada tanggal 16 Agustus pukul 14.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di Pantai Utara Kabupaten Karawang tempat kedudukan cudan (kompi) tentara Peta.
          Di  Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di asrama tentara Peta, markas kompi pimpinan Cudanco Subeno. Di Rengasdengklok tersebut terjadi lagi dialog seru antara pemuda yang diwakili Sukarni dan Bung Karno. Walaupun Sukarni terus mendesak agar Kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan, Bung Karno tetap pada pendiriannya, Bung Karno tidak mau melangkah sendiri sebelum membicarakannya dalam rapat PPKI.
          Pada sore harinya, Mr.Ahmad Subarjo dan Mbah Sudiro dan tokoh golongan tua menyusul ke Rengasdengklok dan mendesak para pemuda agar membawa Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Subarjo memberi jaminan bahwa besok pagi selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB, Soekarno-Hatta tentu sudah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah mendengar keterangan tersebut, Cudanco Subeno komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno-Hatta yang pada malam hari itu juga kembali ke Jakarta. Untuk mengenang peristiwa yang bersejarah itu, di Rengasdengklok kini didirikan sebuah monumen. 

Peristiwa-peristiwa yang Terjadi Baik di Dalam Maupun Luar Negeri Menjelang Proklamasi

1.     Kaitan Tersiarnya Berita Kekalahan Jepang dan Kegiatan Para Pejuang di Jakarta.
Sampai akhir tahun 1944 kedudukan Jepang dalam Perang Asia Pasifik sudah sangat terdesak. Di beberapa tempat tentara Jepang menderita kekalahan dari pasukan Sekutu. Keadaan menjadi lebih parah lagi setelah pasukan Sekutu di bawah komando Amerika Serikat berhasil melakukan pengeboman terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Akibat pengeboman itu, Jepang mengalami kehancuran total. Oleh karena itu, Jepang terpaksa menyerah pada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Kekalahan dari Sekutu belum diumumkan secara resmi dan masih dirahasiakan oleh Jepang. Namun, sebagian pemimpin Indonesia terutama para pemimpin pemuda sudah mendengar melalui siaran radio luar negeri. Mendengar berita itu, mereka sangat gembira dan lebih bersemangat lagi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah mengetahui bahwa Jepang menyerah pada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Dalam pertemuan itu, Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga, lepas dari campur tangan Jepang. Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan itu perlu dibicarakan dahulu dalam rapat PPKI. Alasannya, badan inilah yang bertugas mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda berpendapat bahwa menyatakan kemerdekaan melalui PPKI tentu akan dicap oleh sekutu hanyalah pemberian Jepang. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang. Bung Karno berpendapat lain bahwa soal kemerdekaan Indonesia datangnya dari Pemerintah Jepang atau hasil perjuangan Bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal karena Jepang sudah kalah perang.
Masalah yang lebih penting adalah menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh karena itu, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Atas dasar itulah Bung Karno menolak usul para pemuda. Dengan demikian, usaha pertama yang dilakukan oleh para pemuda dengan juru bicara Sutan Syahrir untuk membujuk Ir.Soekarno mengalami kegagalan.
Para pemuda karena belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur dengan dipimpin oleh Chairul Saleh. Keputusan rapat mengajukan tuntutan yang radikal dari golongan pemuda. Tuntutan tersebut antara lain menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada bangsa lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya, diharapkan diadakan suatu perundingan dengan Ir.Soekarno dan Drs.Moh.Hatta agar turut menyatakan proklamasi.
Hasil keputusan rapat para pemuda di Lembaga Bakteriologi disampaikan kepada Bung Karno pada hari itu juga oleh Darwis dan Wikana. Para pemuda menghendaki agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda berusaha memaksa Bung Karno sehingga membuatnya marah. Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI lainnya. Suasana tegang antara pemuda yang diwakili Darwis dan Wikana dengan Bung Karno yang juga disaksikan oleh tokoh nasionalis golongan tua, seperti Drs.Moh.Hatta, Mr.Iwa Kusumasumantri, dan Mr.Ahmad Subarjo. Para tokoh nasionalis golongan tua tersebut menghendaki rapat PPKI terlebih dahulu, sedangkan golongan pemuda bersikeras menyatakan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945 lepas dari PPKI. Karena perbedaan pendapat tersebut, para pemuda akhirnya melakukan pengamanan terhadap Bung Karno dan Bung Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok, Kabupaten Karawang (Jabar).
2.     Peristiwa Rengasdengklok
Usaha para pemuda yang diwakili oleh Darwis dan Wikana gagal
untuk mendesak Bung Karno agar melaksanakan proklamasi lepas dari rencana Jepang. Soekarno-Hatta masih ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat PPKI yang telah ditentukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Namun para pemuda tidak mau menyerah dan terus mendesak Bung Karno. Pada tanggal 15 Agustus 1945 malam hari sampai menjelang dini hari tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda mengadakan rapat lagi di Asrama Baperpi, di Jalan Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, Dr.Muwardi, Syudanco Singgih, Chairil Saleh dan para pemuda yang sebelumnya hadir dalam rapat di Lembaga Mikrobiologi. Rapat itu memutuskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta harus dibawa keluar dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang. Tugas itu dilaksanakan oleh Syudanco Singgih. Pada tanggal 16 Agustus pukul 14.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra dibawa ke Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di Pantai Utara Kabupaten Karawang tempat kedudukan cudan (kompi) tentara Peta.
          Di  Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di asrama tentara Peta, markas kompi pimpinan Cudanco Subeno. Di Rengasdengklok tersebut terjadi lagi dialog seru antara pemuda yang diwakili Sukarni dan Bung Karno. Walaupun Sukarni terus mendesak agar Kemerdekaan Indonesia segera diproklamasikan, Bung Karno tetap pada pendiriannya, Bung Karno tidak mau melangkah sendiri sebelum membicarakannya dalam rapat PPKI.
          Pada sore harinya, Mr.Ahmad Subarjo dan Mbah Sudiro dan tokoh golongan tua menyusul ke Rengasdengklok dan mendesak para pemuda agar membawa Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta. Ahmad Subarjo memberi jaminan bahwa besok pagi selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB, Soekarno-Hatta tentu sudah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah mendengar keterangan tersebut, Cudanco Subeno komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno-Hatta yang pada malam hari itu juga kembali ke Jakarta. Untuk mengenang peristiwa yang bersejarah itu, di Rengasdengklok kini didirikan sebuah monumen. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar