Selasa, 14 Agustus 2012

Bintaro


BINTARO

Bintaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa), toto (Tonga), serta vasa (Fiji). Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan.

Menurut Wikipedia, Bintaro adalah tumbuhan yang daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan pangkal merah muda. Benang sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah berbentuk telur, panjang 5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak. Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Daun dan buahnya mengandung bahan yang memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bintaro)

Sungguh takjub, tumbuhan yang selama ini dikenal sebagai racun dan dapat mematikan ternyata memberi manfaat dalam kehidupan manusia. Mengapa tidak, Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Bogor (ITB) mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah bagi warga Teluk Meranti, Riau. Penelitian yang memakan waktu 4 bulan tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi mahalnya harga minyak tanah di daerah tersebut. Dipilihnya biji buah bintaro selain tumbuhan ini dapat menghasilkan buah sepanjang tahun juga karena pohon bintaro banyak tumbuh di daerah teluk Meranti.

Pengembangan minyak itu hasil kerja sama IPB dengan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, warga Teluk Meranti dapat memanfaatkan biji minyak bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka Sehingga warga masyarakat dapat terbantu secara ekonomi dan secara tidak langsung diajarkan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Masyarakat memiliki aktivitas baru yakni mengolah minyak nabati biji bintaro sebagai upaya memenuhi kebutuhan energinya dan tidak selalu bergantung pada keberadaan minyak tanah.

BINTARO

Bintaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa), toto (Tonga), serta vasa (Fiji). Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun dapat menyebabkan keracunan.

Menurut Wikipedia, Bintaro adalah tumbuhan yang daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan pangkal merah muda. Benang sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah berbentuk telur, panjang 5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak. Penyebarannya secara alami di daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Perancis. Bintaro sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Daun dan buahnya mengandung bahan yang memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau membunuh orang. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan penghijauan daerah pantai serta peneduh kota. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bintaro)

Sungguh takjub, tumbuhan yang selama ini dikenal sebagai racun dan dapat mematikan ternyata memberi manfaat dalam kehidupan manusia. Mengapa tidak, Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Bogor (ITB) mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah bagi warga Teluk Meranti, Riau. Penelitian yang memakan waktu 4 bulan tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi mahalnya harga minyak tanah di daerah tersebut. Dipilihnya biji buah bintaro selain tumbuhan ini dapat menghasilkan buah sepanjang tahun juga karena pohon bintaro banyak tumbuh di daerah teluk Meranti.

Pengembangan minyak itu hasil kerja sama IPB dengan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, warga Teluk Meranti dapat memanfaatkan biji minyak bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka Sehingga warga masyarakat dapat terbantu secara ekonomi dan secara tidak langsung diajarkan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Masyarakat memiliki aktivitas baru yakni mengolah minyak nabati biji bintaro sebagai upaya memenuhi kebutuhan energinya dan tidak selalu bergantung pada keberadaan minyak tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar