BINTARO
Bintaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan
ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa),
toto (Tonga), serta vasa (Fiji). Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing
berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro
mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat
saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak
jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun
dapat menyebabkan keracunan.
Menurut Wikipedia, Bintaro adalah tumbuhan yang daunnya berbentuk bulat
telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan
mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan pangkal merah muda. Benang
sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah berbentuk telur, panjang
5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak. Penyebarannya secara alami di
daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Perancis. Bintaro
sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Daun dan buahnya
mengandung bahan yang memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut
cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun
panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau
membunuh orang. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan
penghijauan daerah pantai serta peneduh kota.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bintaro)
Sungguh takjub, tumbuhan yang selama ini dikenal sebagai racun dan dapat
mematikan ternyata memberi manfaat dalam kehidupan manusia. Mengapa tidak,
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Bogor (ITB)
mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif pengganti
minyak tanah bagi warga Teluk Meranti, Riau. Penelitian yang memakan waktu 4 bulan
tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi mahalnya harga minyak tanah di
daerah tersebut. Dipilihnya biji buah bintaro selain tumbuhan ini dapat
menghasilkan buah sepanjang tahun juga karena pohon bintaro banyak tumbuh di
daerah teluk Meranti.
Pengembangan minyak itu hasil kerja sama IPB dengan PT. Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan demikian, warga Teluk Meranti dapat memanfaatkan biji minyak
bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka Sehingga
warga masyarakat dapat terbantu secara ekonomi dan secara tidak langsung
diajarkan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Masyarakat
memiliki aktivitas baru yakni mengolah minyak nabati biji bintaro sebagai upaya
memenuhi kebutuhan energinya dan tidak selalu bergantung pada keberadaan minyak
tanah.
BINTARO
Bintaro (Cerbera manghas) adalah tumbuhan pantai atau paya berupa pohon dengan
ketinggian dapat mencapai 12m. Dikenal di Pasifik dengan nama leva (Samoa),
toto (Tonga), serta vasa (Fiji). Nama ilmiah Cerberus diambil dari nama anjing
berkepala sepuluh dalam mitologi Yunani. Hampir seluruh bagian tanaman Bintaro
mengandung racun cerberin. Cerberin merupakan racun yang dapat menghambat
saluran ion kalsium di dalam otot jantung manusia, sehingga mengganggu detak
jantung dan dapat menyebabkan kematian. Bahkan asap dari pembakaran kayunya pun
dapat menyebabkan keracunan.
Menurut Wikipedia, Bintaro adalah tumbuhan yang daunnya berbentuk bulat
telur, berwarna hijau tua, yang tersusun berselingan. Bunganya harum dengan
mahkota berdiameter 3-5cm berbentuk terompet dengan pangkal merah muda. Benang
sari berjumlah lima dan posisi bakal buah tinggi. Buah berbentuk telur, panjang
5-10cm, dan berwarna merah cerah jika masak. Penyebarannya secara alami di
daerah tropis Indo Pasifik, dari Seychelles hingga Polinesia Perancis. Bintaro
sering kali merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove. Daun dan buahnya
mengandung bahan yang memengaruhi jantung, suatu glikosida yang disebut
cerberin, yang sangat beracun. Getahnya sejak dulu dipakai sebagai racun
panah/tulup untuk berburu. Racunnya dilaporkan dipakai untuk bunuh diri atau
membunuh orang. Di Indonesia bintaro sekarang digunakan sebagai tumbuhan
penghijauan daerah pantai serta peneduh kota.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bintaro)
Sungguh takjub, tumbuhan yang selama ini dikenal sebagai racun dan dapat
mematikan ternyata memberi manfaat dalam kehidupan manusia. Mengapa tidak,
Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Bogor (ITB)
mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif pengganti
minyak tanah bagi warga Teluk Meranti, Riau. Penelitian yang memakan waktu 4 bulan
tersebut dilakukan karena dilatarbelakangi mahalnya harga minyak tanah di
daerah tersebut. Dipilihnya biji buah bintaro selain tumbuhan ini dapat
menghasilkan buah sepanjang tahun juga karena pohon bintaro banyak tumbuh di
daerah teluk Meranti.
Pengembangan minyak itu hasil kerja sama IPB dengan PT. Riau Andalan Pulp
and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan demikian, warga Teluk Meranti dapat memanfaatkan biji minyak
bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka Sehingga
warga masyarakat dapat terbantu secara ekonomi dan secara tidak langsung
diajarkan bagaimana memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Masyarakat
memiliki aktivitas baru yakni mengolah minyak nabati biji bintaro sebagai upaya
memenuhi kebutuhan energinya dan tidak selalu bergantung pada keberadaan minyak
tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar